obat analgetik ,antipiretik dan NSAID

ANALGETIK
 
Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Kesadaran akan perasaan sakit terdiri dari dua proses, yakni penerimaan rangsangan sakit di bagian otak besar dan reaksi-reaksi emosional dan individu terhadap perangsang ini. Obat penghalang nyeri (analgetik) mempengaruhi proses pertama dengan mempertinggi ambang kesadaran akan perasaan sakit, sedangkan narkotik menekan reaksi-reaksi psychis yang diakibatkan oleh rangsangan sakit.
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala, yang fungsinya adalah melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di dalam tubuh, seperti peradangan (rematik, encok), infeksi-infeksi kuman atau kejang-kejang.otot.
Penyebab rasa nyeri adalah rangsangan-rangsangan mekanis, fisik, atau kimiawi yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan dan melepaskan mediator nyeri yang letaknya pada ujung-ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir, atau jaringan (organ) lain. Dari tempat ini rangsangan dialirkan melalui saraf-saraf sensoris ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui sumsum tulang belakang ke thalamus dan kemudian ke pusat nyeri di dalam otak besar, dimana rangsangan dirasakan sebagai nyeri. Mediator-mediator nyeri yang terpenting adalah histamine, serotonin, plasmakinin-plasmakinin, dan prostaglandin-prostagladin serta ion-ion kalium.
Berdasarkan proses terjadinya nyeri, maka rasa nyeri dapat dilawan dengan beberapa cara yaitu :
1. Merintangi pembentukan rangsangan dalam reseptor-reseptor nyeri perifer,         oleh analgetika perifer atau anestetika lokal
2. Merintangi penyaluran rangsangan nyeri dalam saraf-saraf sensoris, misalnya      dengan anestetika lokal
3. Blokade dari pusat nyeri dalam Sistem Saraf Pusat dengan analgetika sentral      (narkotika) atau anestetika umum.
Pada pengobatan rasa nyeri dengan analgetika, faktor-faktor psikis turut berperan, misalnya kesabaran individu dan daya menerima nyeri dari si pasien. Secara umum analgetika dibagi dalam dua golongan, yaitu
a. Analgetik Perifer (non narkotik)
disebut juga analgetika perifer. karena tidak mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau mengakibatkan ketagihan. Semua analgetika perifer memiliki kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan ketika demam, maka dari itu  disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan rangsangannya terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai keluarnya banyak keringat.



Secara kimiawi ,analgetika perifer dapat dibagi dalam beberapa kelompok ,yakni :
a. parasetamol
b. salisilat : asetosal ,salisilamida ,dan benorilat
c. penghambat prostaglandin (NSAIDs) ibuprofen (arthrifen) ,dan lain-lain
d. derivat-derivat antranilat: glafenin, asam mefenamat, dan asam nifluminat
e. derivat-derivat pirozolon:antipirin, aminofenazon, isopropilfenazon (migran ,sedanal), isopropilaminofenazon, dan metamizol
f. lainnya : benzidamin (tantum)
Co-analgetika adalah obat yang khasiat dan indikasi utamanya bukanlah menghalau nyeri, mis. antidepresiva trisiklis (amitriptilin) dan antiepileptika (karbamazepin, pregabalin, fenytoin, valproat). Obat-obat ini digunakan tunggal atau terkombinasi dengan analgetika lain pada keadaan-keadaan tertentu, seperti pada nyeri neuropatis.
Penggunaan
Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa memengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Kombinasi dari dua atau lebih analgetika sering kali digunakan, karena terjadi efek potensiasi. Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis dan/atau antiradang. Oleh karena itu tidak hanya digunakan sebagai obat antinyeri, melainkan juga pada demam (infeksi virus/kuman, selesma, pilek) dan peradangan seperti rematik dan encok. Obat-obat ini banyak diberikan untuk nyeri ringan sampai sedang, yang penyebabnya beraneka-ragam, misalnya nyeri kepala, gigi, otot atau sendi (rema, encok), perut, nyeri haid (dystnenorroe), nyeri akibat benturan atau kecelakaan (trauma). Untuk kedua nyeri terakhir, NSAID lebih layak. Pada nyeri lebih berat mis. setelah pembedahan atau fraktur (tulang patah), kerjanya kurang ampuh.
* Daya antipiretisnya herdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hipothalamus, yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor yang disertai keluarnya banyak keringat.
* Daya antiradang (antiflogistis). Kebanyakan analgetika memiliki dava antiradang, khususnya kelompok besar dari zat-zat penghambat prostaglandin (NSAIDs, termasuk asetosal), begitu pula benzidamin. Zat-zat ini banyak digunakan untuk rasa nyeri yang disertai peradangan, obat-obat rematik.
* Kombinasi dari dua atau lebih analgetika sering kali digunakan, karena terjadi efek potensiasi. Lagi pula efek sampingnya yang masing-masing terletak di bidang yang berlainan, dapat berkurang, karena dosis dari masing-masing komponennya dapat diturunkan. Kombinasi analgetika dengan kofein dan kodein sering kali digunakan, khususnya dalam sediaan dengan parasetamol dan asetosal.
Efek samping
Yang paling umum adalah gangguan lambung-usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal dan juga reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis tinggi. Oleh karena itu penggunaan anal-getika secara kontinu tidak dianjurkan.
Interaksi
Kebanyakan analgetika memperkuat efek antikoagulansia, kecuali parasetamol dan glafenin. Kedua obat ini pada dosis biasa dapat dikombinasi dengan aman untuk waktu maksimal dua minggu.
Kehamilan dan laktasi
Hanya parasetamol yang dianggap aman bagi wanita hamil dan menyusui, walaupun dapat mencapai air susu. Asetosal dan salisilat, NSAIDs dan metamizol dapat mengganggu perkembangan janin, sehingga sebaiknya dihindari. Dari aminofenazon dan propifenazon belum terdapat cukup data.

      Efek-efek samping yang biasanya muncul adalah gangguan-gangguan lambung-usus, kerusakan darah, kerusakan hati, dan ginjal dan juga reaksi-reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau pada dosis besar, oleh karena itu, penggunaan analgetika secara kontinu tidak dianjurkan.

b. Analgetik Narkotik
Kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Mekipun memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain ,golongan obat ini digunakan untuk meredakan atau menghalau rasa nyeri yang hebat ,seperti pada fractura dan kanker. Umumnya mengurangi kesadaran (sifat meredakan dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia) atau ketergantungan pada si pemakai. Dapat mengakibatkan toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis dan fisik (ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan. Karena bahaya adiksi ini, maka kebanyakan analgetika sentral seperti narkotika dimasukkan dalam Undang-Undang Narkotika dan penggunaannya diawasi dengan ketat oleh Dirjen POM.
Seiring berjalannya waktu ,ditemukannya obat yang bersifat campuran agonis dan antagonis jenis ini yang mampu meniadakan ketergantungan fisik ,maka penggunaan istilah analgesik narkotik untuk pengertian farmakologik tidak sesuai lagi. Secara kimiawi, obat-obat ini dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai berikut :
1. Alkaloid candu alamiah dan sintesis morfin dan kodein, heroin, hidromorfon, hidrokodon, dan dionin.
2. Pengganti-pengganti morfin yang terdiri dari :
a. Petidin dan turunannya, fentanil dan sufentanil
b. Metadon dan turunannya:dekstromoramida, bezitramida, piritramida, dan d-ptopoksifen
c. Fenantren dan turunannya levorfenol termasuk pula pentazosin.
Antagonis-antagonis morfin adalah zat-zat yang dapat melawan efek-efek samping dari analgetik narkotik tanpa mengurangi kerja analgesiknya dan terutama digunakan pada overdosis atau intoksiaksi dengan obat-obat ini. Zat-zat ini sendiri juga berkhasiat sebagai analgetik, tetapi tidak dapat digunakan dalam terapi, karena dia sendiri menimbulkan efek-efek samping yang mirip dengan mrfin, antara lain depresi pernafasan dan reaksi-reaksi psikotis. Yang sering digunakan adalah nalorfin dan nalokson.
Efek-efek samping dari morfin dan analgetika sentral lainnya pada dosis biasa adalah gangguan-gangguan lambung, usus (mual, muntah, obstipasi), juga efek-efek pusat lainnya seperti kegelisahan, sedasi, rasa kantuk, dan perubahan suasana jiwa dengan euforia. Pada dosis yang lebih tinggi terjadi efek-efek yang lebih berbahaya yaitu depresi pernafasan, tekanan darah turun, dan sirkulasi darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi koma dan pernafasan terhenti.
Efek morfin terhadap Sistem Saraf Pusat berupa analgesia dan narkosis. Analgesia oleh morfin dan opioid lain sudah timbul sebelum penderita tidur dan seringkali analgesia terjadi tanpa disertai tidur. Morfin dosis kecil (15-20 mg) menimbulkan euforia pada penderita yang sedang menderita nyeri, sedih dan gelisah. Sebaliknya, dosis yang sama pada orang normal seringkali menimbulkan disforia berupa perasaan kuatir atau takut disertai dengan mual, dan muntah. Morfin juga menimbulkan rasa kantuk, tidak dapat berkonsentrasi, sukar berfikir, apatis, aktivitas motorik berkurang, ketajaman penglihatan berkurang, ektremitas tersa berat, badan terasa panas, muka gatal dan mulut terasa kering, depresi nafas dan miosis. Rasa lapar hilang dan dapat muntah yang tidak selalu disertai rasa mual. Dalam lingkungan yang tenang orang yang diberikan dosis terapi (15-20 mg) morfin akan tertidur cepat dan nyenyak disertai mimpi, nafas lambat dan miosis.
Antara nyeri dan efek analgetik (juga efek depresi nafas) morfin dan opioid lain terdapat antagonisme, artinya nyeri merupakan antagonis faalan bagi efek analgetik dan efek depresi nafas morfin. Bila nyeri sudah dialami beberapa waktu sebelum pemberian morfin, efek analgetik obat ini tidak begitu besar. Sebaliknya bila stimulus nyeri ditimbulkan setelah efek analgetik mencapai maksimum, dosis morfin yang diperlukan untuk meniadakan nyeri itu jauh lebih kecil. Penderita yang sedang mengalami nyeri hebat dan memerlukan mofin dengan dosis besar untuk menghilangkan rasa nyerinya, dapat tahan terhadap depresi nafas morfin. Tetapi bila nyeri itu tiba-tiba hilang, maka kemungkinan besar timbul gejala depresi nafas oleh morfin.
Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan kanker.
Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat, yaitu:
Obat perifer (non Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal.
Obat perifer bersama kodein atau tramadol.
Obat sentral (Opioid) peroral atau rectal.
Obat Opioid parenteral
Obat analgetik narkotik :
Morfin dan derivatnya :
a.       Morfin
b.      Heroin
c.       Hidromorfon
d.      Oksimorfon
e.       Levorfanol
f.       Levalorfan
g.      Kodein
h.      Hidrokodon
i.        Oksikodon
j.        Nalorfin
k.      Nalokson
l.        Nalbufin
m.    Tebain
Meperidin dan derifat fenilpiperidin :
  1. Meperidin
  2. Alfaprodin
  3. Difenoksilat
  4. Fentanil
  5. Loperami
Metadon Dan Opioid lainx
a.Metadon
b.Propoksifen
c.Dekstromoramida
d.Bezitramida
Obat Antagonis Opioid
a.Naltrekson
b.Nalorfin
c.Levalorfan
d.Siklazosin
e.Pentazosin
f.Butorfanol
Guna memperkuat analgetik dapat dikombinasikan dengan co-analgetikum, seperti psikofarmaka (amitriptilin, levopromazin atau prednisone).
Obat-obat golongan analgetik dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: parasetamol, salisilat, (asetasol, salisilamida, dan benorilat), penghambat Prostaglandin (NSAID); ibuprofen, derivate-derivat antranilat ( mefenamilat, asam niflumat glafenin, floktafenin, derivate-derivat pirazolinon (aminofenazon, isoprofilpenazon, isoprofilaminofenazon), lainnya benzidamin.Obat golongan analgesic narkotik berupa, asetaminofen dan fenasetin.Obat golongan anti-inflamasi nonsteroid berupa aspirin dan salisilat lain, derivate asam propionate, asam indolasetat, derivate oksikam, fenamat, fenilbutazon.
Nyeri merupakan gejala yang berfungsi melindungi atau merupakan tanda bahwa adanya gangguan-gangguan ditubuh seperti peradangan (rheumatic/encok), infeksi, maupun kejang otot.
Mekanisme rasa nyeri yaitu perangsangan nyeri baik mekanik, kimiawi, panas maupun listrik akan menimbulkan kerusakan pada jaringan sel sehingga sel-sel tersebut melepaskan suatu zat yang disebut mediator nyeri yang akan merangsang reseptor nyeri. Mediator nyeri ini juga disebut zat autanoid yaitu, histamine, serotonin, plasmakinin, bradikinin (asam lemak) prostaglandin dan ion kalium.

Mekanisme kerja penghambatan rasa nyeri ada tiga yaitu:
  1. Merintangi pembentukkan rangsangan dalam reseptor rasa nyeri, seperti pada anastesi local.
  2. Merintangi penyaluran rangsangan nyeri dalam saraf sensoris, seperti pada anastesi local.
c.       Blokade rasa nyeri pada system saraf pusat seperti pada analgetik sentral (narkotika) dan anastesi umum.
Adapun jenis nyeri beserta terapinya, yaitu:
1. Nyeri ringan
Contohnya: sakit gigi, sakit kepala, sakit otot karena infeksi virus, nyeri haid, keseleo.Pada nyeri dapat digunakan analgetik perifer seperti parasetamol, asetosal dan glafenin.
2. Rasa nyeri menahun
Contohnya: rheumatic dan arthritis.
Pada nyeri ini dapat digunakan analgetik anti-inflamasi, seperti: asetosal, ibuprofen dan indometasin.
3. Nyeri hebat
Contoh: nyeri organ dalam, lambung, usus, batu ginjal, batu empedu.
Pada nyeri ini dapat digunakan analgetik sentral berupa atropine, butilskopolamin (bustopan), camylofen ( ascavan).
4. Nyeri hebat menahun
Contoh: kanker, rheumatic, neuralgia berat.
Pada nyeri ini digunakan analgetik narkotik, seperti fentanil, dekstromoramida, bezitramida.
Obat-obat yang dapat mengurangi nyeri antara lain:
· 
Golongan Para amino fenol à asetaminofen (Parasetamol ), fenasetin

Golongan Pirazolon à dipiron (antalgin)
·  
Derivat Asam Salisilat à Aspirin, Benorilat, Diflunisal, Salsalat
        
1
Derivat.As.Fenamat à As.Mefenamat, Meklofenamat
2
Derivat Asam Propionat à As.Tiaprofenat, Fenbufen, Flurbiprofen, Ibuprofen, Ketoprofen, Naproksen
3
Derivat As.Fenilasetat à Diklofenak, Fenklofena

www.stikeshangtuah-sby.ac.id

ANTIPIRETIK
 Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan demam (suhu tubuh yang tinggi). Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek antipiretik.
Gejala Nyeri dapat digambarkan sebagai rasa benda tajam yang menusuk, pusing, panas seperti rasa terbakar, menyengat, pedih, nyeri yang merambat, rasa nyeri yang hilang – timbul dan berbeda tempat nyeri.
Untuk meringankan gejala-gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin yang disertai batuk.
PT Interbat

Untuk meredakan batuk dan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat serta bersin-bersin.
PT Konimex

Karena risiko efek sampingnya, penggunaannya sebagai analgesik-Antipiretik sangat dibatasi yaitu:
- Nyeri akut hebat sesudah luka atau pembedahan.
- Nyeri karena tumor atau kolik.
- Nyeri hebat akut atau kronik bila analgesik lain tidak menolong.
- Demam tinggi yang tidak bisa diatasi Antipiretik lain.
PT Kimia Farma

Untuk meringankan rasa sakit, terutama sakit kepala dan pusing, sakit gigi, dan nyeri otot serta menurunkan demam.
PT Bayer Indonesia

Menurunkan demam, meredakan rasa sakit seperti sakit kepala,sakit gigi dan nyeri pada otot.
PT Medifarma Lab

Meredakan gejala-gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin yang disertai batuk.
PT Bode

Meringankan sakit kepala, sakit gigi, dan menurunkan demam.
PT Tempo Scan Pacific

Calapol diindikasikan untuk pengobatan terhadap rasa sakit yang ringan sampai sedang dan sebagai Antipiretika, untuk menghilangkan gejala-gejala seperti: sakit kepala, sakit gigi dan sakit pada saat tumbuh gigi, sakit tenggorokan, dan demam.
Calapol juga untuk menghilangkan rasa sakit pada saat menstruasi/haid.
PT Burroughs Wellcome Indonesia

Calapol diindikasikan untuk pengobatan terhadap rasa sakit yang ringan sampai sedang dan sebagai Antipiretika, untuk menghilangkan gejala-gejala seperti: sakit kepala, sakit gigi dan sakit pada saat tumbuh gigi, sakit tenggorokan, dan demam.
Calapol juga untuk menghilangkan rasa sakit pada saat menstruasi/haid.
PT Burroughs Wellcome Indonesia

Calapol diindikasikan untuk pengobatan terhadap rasa sakit yang ringan sampai sedang dan sebagai Antipiretika, untuk menghilangkan gejala-gejala seperti: sakit kepala, sakit gigi dan sakit pada saat tumbuh gigi, sakit tenggorokan, dan demam.
Calapol juga untuk menghilangkan rasa sakit pada saat menstruasi/haid.
PT Burroughs Wellcome Indonesia


ANALGETIK-ANTIPIRETIK
Analgetik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan, berhubungan dengan adanya potensi kerusakan jaringan atau kondisi yang menggambarkan kerusakan tersebut. Sedangkan antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh yang tingi. Jadi, analgetik-antipiretik dalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan demam.
            Yang menyebabkan nyeri adalah nyeri terjadi jika organ tubuh, otot, atau kulit terluka oleh benturan, penyakit, keram, atau bengkak. Rangsangan penimbul nyeri umumnya punya kemampuan menyebabkan sel-sel melepaskan enzim proteolitik (pengurai protein) dan polipeptida yang merangsang ujung saraf yang kemudian menimbulkan impuls nyeri. Senyawa kimia dalam tubuh yang disebut prostaglandin beraksi membuat ujung saraf menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan nyeri oleh polipeptida ini.
Penanganan:
Obat-obat yang dapat mengurangi nyeri antara lain:
· 
Golongan Para amino fenol à asetaminofen (Parasetamol ), fenasetin

Golongan Pirazolon à dipiron (antalgin)
·  
Derivat Asam Salisilat à Aspirin, Benorilat, Diflunisal, Salsalat
        
1
Derivat.As.Fenamat à As.Mefenamat, Meklofenamat
2
Derivat Asam Propionat à As.Tiaprofenat, Fenbufen, Flurbiprofen, Ibuprofen, Ketoprofen, Naproksen
3
Derivat As.Fenilasetat à Diklofenak, Fenklofenak

Sebagai mediator nyeri, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Histamin
2. Serotonin
3. Plasmokinin (antara lain Bradikinin)
4. Prostaglandin
5. Ion Kalium

NSAID
            Obat anti-inflamasi nonsteroid, biasanya disingkat NSAID atau NAIDs, adalah Suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. NSAID bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika.
            Mekanisme kerja NSAID didasarkan atas penghambatan isoenzim COX-1 (cyclooxygenase-1) dan COX-2 (cyclooxygenase-2). Enzim cyclooxygenase ini berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari arachidonic acid. Prostaglandin merupakan molekul pembawa pesan pada proses inflamasi (radang).
Yang menonjol sebagian besar anggota kelompok ini obat aspirin , ibuprofen dan naproxen , yang semuanya tersedia di atas meja di banyak daerah.
Penggunaan
NSAID biasanya diindikasikan untuk pengobatan kondisi akut atau kronik di mana nyeri dan peradangan hadir. Penelitian dilanjutkan ke potensi mereka untuk pencegahan kanker kolorektal , dan perawatan kondisi lain, seperti kanker dan penyakit jantung .
NSAID umumnya diindikasikan untuk mengurangi gejala-gejala kondisi berikut:
Aspirin , NSAID hanya mampu ireversibel menghambat COX-1, juga diindikasikan untuk penghambatan platelet agregasi. Hal ini berguna dalam pengelolaan arteri trombosis dan pencegahan kejadian kardiovaskular yang merugikan. Aspirin menghambat agregasi platelet dengan menghambat aksi tromboksan-A.
Pada tahun 2001 NSAID dipertanggungjawabkan 70.000.000 resep dan 30 miliar-the-counter
Efek samping
Interaksi Obat
Obat
Kerasnya
Efek Merugikan
Rekomendasi
ACE Inhibitor (misalnya Hidroklorida benazepril)
Moderat
Dapat menurunkan efek antihipertensi dan natriuretik
Monitor tekanan darah dan fungsi kardiovaskular
Probenesid
Moderat
Dapat mengakibatkan pembalikan efek uricosuric obat lain
Hindari penggunaan aspirin dosis tinggi dengan Berbarengan
Lithium
Moderat
Dapat meningkatkan tingkat plasma lithium dan penurunan clearance nya renally
Memonitor toksisitas lithium
Warfarin
Moderat
Dapat mengakibatkan peningkatan risiko pendarahan
Monitor PT (waktu protrombin) dan INR (rasio normalisasi internasional)
Methotrexate
Parah
Dapat mengakibatkan peningkatan risiko toksisitas metotreksat
JANGAN mengelola NSAID dalam waktu 10 hari dari metotreksat dosis tinggi



Referensi:
http://www.dechacare.com/FindDrug.php?txtSearch=antipiretik
Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. 2002. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum. Universitas Indonesia, FK. FARMAKOLOGI dan TERAPI Edisi 4. 1995. Jakarta : FK U

0 komentar:

Posting Komentar